SAYA ANTI POLIGAMI TAU

Mari Lawan Poligami yang bukan Poligami

Poligami Yang butuh Siapa

Saya ingin bertanya kepada orang-orang yang anti kepada poligami (terutama wanita), dengan berpegang pada informasi bahwa sebagai manusia kita tidak akan mungkin bisa adil dan yang mampu benar-benar adil hanyalah Allah SWT.

Apakah menurut Anda memiliki anak lebih dari satu adalah wajar walaupun ada aturan bahwa kita harus adil terhadap setiap anak yang dimiliki? Jika Anda sebagai pasangan tidak sudi dipoligami Anda bisa minta cerai. Namun, jika anak saat telah mampu berpikir mandiri dan merasa tidak ingin memiliki saudara kandung, apa yang harus dia lakukan?

Apakah jika Anda atau pasangan Anda diminta atau mencalonkan diri sendiri untuk menjadi presiden, gubernur, bupati, lurah atau sejenis nya (yang berbau-bau menjadi pemimpin) Anda akan menolak atau meminta pasangan Anda untuk menolak jabatan tersebut karena Anda tahu bahwa Anda atau pasangan Anda hanyalah manusia biasa yang pasti tidak mungkin bisa adil?

Mungkin ada baiknya untuk tidak menggunakan ayat yang menyingggung-nyinggung keadilan dalam menolak poligami saat pengejawantahan keadilan sendiri tidak dapat dilakukan secara konsisten ke bidang lainnya.

Perasaan wanita yang menjadi ‘korban’ poligami pun sering diumbar oleh orang-orang yang anti poligami dalam mencari pembenaran atas sikap mereka yang anti poligami, tapi apakah mereka pernah berpikir mengenai perasaan anak-anak yang lebih suka menjadi anak tunggal, terlebih orang tua mereka ternyata tidak adil dalam melimpahkan kasih sayang? Pernahkah terpikir perasaan rakyat yang merasa ditidakadili oleh pasangan Anda atau mungkin Anda sendiri saat menjadi pemimpin?

Mengenai peristiwa Nabi Muhammad SAW tidak setuju jika anaknya dipoligami itu karena beliau tahu bahwa anaknya tidak sudi dipoligami, namun jika anaknya sudi dan bahagia dipoligami, saya yakin Nabi Muhammad SAW tidak akan meminta anaknya untuk diceraikan terlebih dahulu. Hal tersebut tidak membuat poligami jadi dilarang. Di sini intinya adalah jangan memaksakan kehendak dan menyebabkan terlukanya hati pasangan. Karena jika memang Beliau tidak setuju akan poligami, tentunya Beliau tidak akan melakukan poligami.

Mengenai asumsi bahwa laki-lagi yang berpoligami hanya untuk memuaskan nafsu syahwatnya, bagaimana Anda bisa yakin bahwa laki-laki tersebut melakukan itu hanya untuk memuaskan nafsu syahwatnya? Bagaimana jika memang niatnya baik? Untuk yang melakukan pernikahan monogami, bagaimana Anda bisa tahu bahwa pasangan Anda menikah dengan Anda bukan untuk memuaskan syahwatnya belaka? Tidak ada yang bisa tahu isi hati manusia kecuali Allah SWT. Lalu bagaimana cara menilai hati nya? Jelas tidak bisa. Yang bisa dilakukan adalah perilaku dan tanggung jawab nya terhadap pasangannya, baik yang monogami ataupun poligami, apakah telah sesuai dengan aturan Islam. Bukankah demikian? Jikalau pun memang karena nafsu syahwat, setidaknya orang tersebut telah berusaha menyalurkan nafsu syahwatnya dengan cara yang Islami, baik bagi yang bermonogami ataupun berpoligami.
poligami, Aa Gym, teh ninih, baik, anti poligamiYang paling baik untuk dilakukan hanyalah berpikir positif bahwa sang pasangan menikahi kita dengan niat yang baik dan cara yang baik.

Mengenai kasus Aa Gym menikahi janda muda nan cantik dan bukan janda tua di panti jompo, saya akan balik bertanya kepada Anda, jika Anda lelaki, untuk kasus monogami dulu saja, jika ada dua pilihan, yang satu wanita muda nan cantik jelita, yang satu sudah jompo dan untuk selain masalah usia dan fisik, keduanya bisa dianggap sebanding. Mana yang Anda pilih? Tepat sekali! Apa bedanya dengan cara memilih istri kedua, ketiga dan keempat? Kembali ke mantan janda muda cantik yang kini sudah jadi istri Aa Gym, mengapa setelah sekian lama menjanda ternyata Aa Gym lah yang dia pilih sebagai suaminya? Karena bisa jadi tidak ada lajang-lajang yang menurut dia cocok menjadi suaminya. Jadi lajang-lajang sekalian, dia janda muda dan cantik, lalu mengapa tidak ada yang mampu untuk mendapatkan hatinya? Ato jangan-jangan tidak ada lajang yang berminat karena para lajang lebih memilih untuk mencari wanita muda yang masih gadis? Halo? Apakah sang janda muda cantik itu harus menunggu menjadi tua dulu untuk mendapatkan sang Aa? Lalu, sambil menunggu menjadi jompo, bagaimana cara sang janda muda cantik itu memenuhi kebutuhannya akan lelaki? Apakah Anda akan menganjurkan sang janda muda cantik itu banyak-banyak berpuasa untuk mengendalikan hawa nafsunya? Bukankah pilihan poligami tersebut bisa jadi jalan yang halal bagi dia untuk memenuhi kebutuhannya tersebut? Bukankah sang Aa dan sang mantan janda itu kini berada dalam hubungan yang saling menguntungkan? Lalu bagaimana mengenai perasaan istri pertama Aa Gym? Apakah ayah dari istri pertama Aa Gym itu telah dengan lantang menyatakan kepada masyarakat bahwa dia minta agar Aa Gym menceraikan dulu istri pertamanya sebelum menikahi sang janda? Tidak. Dan apakah istri pertama Aa Gym itu juga meminta Aa Gym menceraikannya? Tidak juga. Padahal dengan meminta cerai maka harta keluarga akan dibagi dua (berdasarkan hukum di indonesia, harta yang dihasilkan dalam masa pernikahan adalah milik bersama antara suami istri), sang istri pertama akan memiliki kekayaan sama dengan Aa Gym, dan bisa jadi setelah bercerai dia bisa mendapatkan suami yang lebih gagah, lebih tampan, lebih kaya dari Aa Gym. Apakah istri pertama Aa Gym menyatakan tidak setuju? Tidak juga. Jadi? Bisa jadi orang-orang yang menghujat Aa Gym karena berpoligami sedang mendzalimi Aa Gym.

Yang justru saya tidak setuju dari pernikahan Aa Gym dan istri keduanya adalah karena pernikahan itu berkesan diusahakan untuk ditutup-tutupi selama mungkin. Bertentangan dengan keyakinan saya bahwa pernikahan itu seharusnya dipublikasikan seluas mungkin, semakin banyak yang tahu, semakin cepat, semakin baik. Sehingga setiap orang tahu bahwa mereka telah menikah, mengharapkan bahwa masyarakat ikut mendoakan ikatan tersebut dan tidak ada yang berusaha mengganggu hubungan mereka.

Bagi orang-orang yang beranggapan bahwa poligami menyakiti perasaan sang wanita, dan meminta sang laki-laki untuk memikirkan perasaan sang wanita, lalu bagaimana dengan perasaan lelaki yang merasa mampu dan terpanggil untuk melakukan poligami? Apakah perasaan laki-laki tidak ada artinya. Lalu bagaimana dengan perasaan wanita yang rela jadi istri kedua dan sudah merasa sangat cocok dengan sang lelaki? Tak usah dipedulikan? Apakah perasaan sang istri yang paling penting di dunia ini peduli setan dengan perasaan orang lain? Bagaimana jika misalnya sang calon istri kedua itu adalah ibu Anda, yang saat itu harus sendirian menghidupi anak-anaknya seorang diri, yang telah jatuh hati kepada sang lelaki, yang dia anggap bisa memenuhi kebutuhannya akan lelaki, menjadi kepala rumah tangga yang baik dan sekaligus juga bisa menjamin kehidupan dan menjadi pelindung bagi anak-anaknya? Apakah perasaan ibu Anda kalah penting dibandingkan perasaan istri dari laki-laki itu yang tidak ingin berbagi suami walaupun secara aturan agama diperbolehkan?

Saya seorang laki-laki yang yakin bahwa poligami itu haram, makruh, halal ataupun wajib tergantung situasi dan kondisi saat poligami tersebut akan dilaksanakan. Namun, per saat ini tidak berminat berpoligami dan semoga saja tidak tercipta situasi di mana saya harus melakukan poligami. Amin.

Kata Mas DeZigh